Sabtu, 07 Februari 2015

keripik dan warneng unik morosari

demak adalah salah satu dari beberapa kota di jawa tengah yang berbatasan langsung dengan laut jawa.
tak cukup jauh dari semarang, karena memang berbatasan langsung dengan semarang, tepat berada di sebelah timur kota semarang. sedangkan sayung, adalah salah satu kecamatan yang berada di demak, dan merupakan kecamatan yang terletak paling dekat dengan semarang.

terdapat sebuah pantai bernama pantai morosari yang berada di kecamatan sayung, demak. tak sulit ditemui, karena pintu gerbang utama menuju pantai morosari berada tepat di pinggir jalan pantura demak.
melalui pintu gerbang yang sama ini, kita dapat menuju sebuah lokasi konservasi hutan mangrove di kawasan bedono, kecamatan sayung demak.
kondisi jalan yang ditempuh cukup bergelombang dan memang kurang lebar jika mendapati kedua mobil saling berpapasan, ada baiknya menggunakan kendaraan roda dua. di sepanjang jalan dapat dijumpai beberapa peternakan ayam di kiri jalan, sedangkan kanan jalan adalah sungai dengan beberapa mangrove di pinggiranya. semakin ke utara, akan semakin mudah dijumpai penduduk setempat yang menjajakan udang dan kerang yang merupakan potensi unggulan dari wilayah tersebut. jangan sungkan dan ragu untuk membelinya, beberapa kerang dijual dengan harga 5.000 saja perkilo nya.
jika telah mendapati perempatan jalan dengan papan hutan mangrove seperti yang berada di atas, maka berbeloklah ke kanan. lurus saja. mendapati sebuah gang kecil di kiri jalan tepat setelah pemakaman di kanan jalan, berbeloklah ke kiri.

ada dua pilihan untuk menuju hutan mangrove tersebut. yang pertama, dapat ditempuh dengan memarkirkan kendaraan di ujung jalan terdekat dengan gang, namun memang harus berjalan cukup jauh. yang kedua dapat dengan membawa kendaraan (motor) membelah lautan. ya, membelah lautan.
 
benar-benar membelah laut, bukan? ya, ini adalah jalan yang digunakan untuk menyeberang menuju hutan mangrove. perjalanan cukup panjang jika harus ditempuh dengan berjalan kaki, akhirnya saya dan teman saya memutuskan untuk melanjutkan dengan tetap menaiki kendaraan menuju ke hutan mangrove. angin membuat perjalanan menjadi semakin berat, belum lagi ketika harus berpapasan dengan kendaraan dari arah berlawanan. suara ombak di kanan dan kiri jalan memperkeruh suasana hati, deg-degan.
akhirnya sampailah saya di bibir hutan mangrove, tampilanya sepintas menyeramkan karena rimbunnya pepohonan, di sekitarnya dapat ditemui beberapa kumpulan bangau beterbangan. terlihat begitu apik perpaduan ekosistem tersebut.
ini adalah jalan utama dan memang satu-satunya di hutan mangrove tersebut. kesopanan menjadi begitu penting disini karena di ujung jalan ini terdapat sebuah makam dari pemuka agama daerah ini.
tepat di belakang papan himbauan ini, di ujung jembatan ini terdapat sebuah tempat di tengah lautan yang terlihat seperti sebuah pulau kecil. bukan, bukan merupakan pulau baru di jawa tengah. itu adalah mushola dan makam dari kyai abdullah mudzakir, seorang pemuka agama dari demak. makam tersebut sudah berusia 73 tahun dan hebatnya tidak tenggelam meskipun berada di tengah lautan.
tak jauh dari papan himbaun tersebut dapat dijumpai sebuah warung bu rukidah yang menjajakan beberapa olahan dari tanaman brayo. brayo merupakan salah satu jenis dari tanaman bakau atau mangrove. adapun beberapa menu olahan brayo yang ditawarkan  adalah keripik daun baro, daun brayo rebus, bolu brayo, warneng brayo dan jenang brayo. saya cukup penasaran dan akhirnya menjatuhkan pilihan pada keripik daun brayo dan warneng brayo.
ini adalah keripik daun brayo. brayo atau mangrove atau bakau yang digunakan adalah mangrove berjenis avicennia atau api-api. cara pembuatan keripik daun brayo ini sangat mudah. terlebih dahulu dipilih daun brayo yang masih muda, kemudian satu persatu daun brayo muda dimasukan ke dalam adonan yang terbuat dari tepung beras dan beberapa bumbu keripik, terakhir goreng dalam minyak yang panas.

ini adalah warneng atau marning brayo. brayo atau mangrove atau bakau yang digunakan masih sama yaitu jenis avicennia atau api-api. bagian dari pohon yang digunakan untuk membuat warneng atau marning ini adalah bagian buahnya. cara pembuatan warneng atau marning brayo ini terlebih dahulu dengan mengupas buah brayo, lalu kemudian merebus buah brayo dan kemudian dengan menjemur buah brayo selama beberapa waktu yang cukup lama. setelah dirasa cukup kering, buah brayo yang kemudian berwarna kehitaman ini digoreng, terakhir diberi bumbu pedas manis dan jadilah warneng atau marning buah brayo.

untuk kedua olahan pangan brayo ini bu rukidah membandrol harga 2500 saja. 1500 untuk keripik dan 1000 untuk warneng atau marningnya. jika anda ingin melakukan pemesanan dalam jumlah besar, anda dapat menghubungi bu rukidah pada nomor 08995732198. namun sayang sekali bu rukidah tidak dapat mengantarkan ke tempat anda sehingga anda harus berkunjung dan mengambilnya sendiri di tempat bu rukidah yang terletak di dusun tambak sari, desa morosari, sayung, demak atau yang lebih di kenal dengan hutan mangrove morosaro tersebut.

Minggu, 18 Januari 2015

nasi langgi bu rudi

sudah terlalu siang untuk disebut sarapan. tapi kalau disebut makan siang, saya belum sempat sarapan.
brunch. breakfast - lunch, kata anak jaman sekarang.

sepulang rutinitas wajib di akhir pekan, pasar, bersama mama, saya dan mama memutuskan untuk mencari sesuatu untuk dijadikan bahan brunch.

awalnya kami menuju pusat kuliner baru di kawasan kampung kali semarang, namun tampaknya baru beberapa warung saja yang sudah berjualan, kami pun melanjutkan perjalanan.

sempat bingung, lantaran saya entah mengapa saat itu bosan dengan beberapa tempat makan yang sudah pernah saya kunjungi. walhasil, pemilihan secara random dan berdasarkan insting kuliner dangkal yang saya yakini memilih untuk mengunjungi kawasan mataram atau disebut sebagai Jalan MT Haryono.
kawasan mataram memiliki cukup banyak penjajak kuliner baik dari makanan ringan sampai berat, baik yang halal maupun non halal. yang pasti, jangan sungkan dan jangan lupa untuk bertanya jika ingin tapi merasa ragu.

setelah menyusuri jalan mataram cukup jauh dan mungkin setengah jalan lebih, akhirnya berhentilah saya di warung bu rudi yang terletak di kiri jalan ini.

beberapa menu ditawarkan seperti yang tertera di MMT depan warung, tapi saat itu nasi kuning telah habis karena memang warung bu rudi ini sudah buka sejak pukul 05.30 pagi, dan saya saat itu sampai di warung bu rudi pukul 11 lewat beberapa menit.


berikut adalah beberapa hidangan yang disajikan bersama nasi langgi. sedangkan lontong opor yang disajikan di rumah makan bu rudi ini tidak hanya menyajikan lontong dan opor ayam saja, namun juga disajikan bersama sambel goreng ati dan ditaburi bubuk kedelai dan diberi kerupuk udang di atasnya. setelah dipertimbangkan, akhirnya saya memilih nasi langgi untuk menu brunch saya dan mama.
ini adalah setengah porsi nasi langgi yang saya pesan dari warung makan bu rudi. isianya sendiri adalah berupa nasi putih biasa yang disajikan dengan mie goreng, sambel goreng ati ampela, kering tempe, serundeng manis, bestik daging suwir, telur pindang, perkedel dan acar timun.

sambel goreng ati ampelanya tidak terlalu pedas, rasanya masih masuk akal untuk yang tidak terlalu doyan pedas, berpadu dengan manisnya telur pindang dan kelem daging ungkep serta serundeng yang manis dan gurih. lengkap sudah pedas, manis dan gurih di piring saya ini. ditambah lagi dengan acar timun yang asam tapi masih masuk akal asamnya tidak terlalu mengganggu bagi yang memiliki masalah dengan lambung. daun korokeling atau daun kari yang menambah aroma sedap acar timun ini pun menyeruak wangi di piring saya.

jika diperhatikan, nasi langgi khas surakarta ini memiliki kemiripan dengan nasi kuning jika dilihat dari beberapa pelengkapnya. beberapa daerah bahkan menyebut nasi langgi dengan nasi rames karena isian dari nasi langgi ini beraneka ragam seperti yang ada pada warung-warung ramesan. 

setelah beberapa waktu saya dan bu rudi bercakap-cakap akhirnya saya memutuskan untuk pulang karena waktu yang sudah siang dan sudah saatnya bu rudi tutup. meskipun demikian bu rudi dan team tetap asik untuk diajak bercakap-cakap. ah, terima kasih untuk keramahan dan nasi langginya, bu rudi :)