Minggu, 14 September 2014

Mie Aceh Bang Wali Semarang : Asli Ureung Aceh

"Asli Ureung Aceh". Begitu kira-kira yang tertulis pada papan besar Mie Aceh Bang Wali ini. Maka dapat dipastikan dengan adanya tulisan tersebut, Bang Wali yang namanya tercantum disana, yang merupakan pemilik dan juru masak dari Mie Aceh tersebut adalah orang asli Nanggroe Aceh Darussalam.

Oh, kalian juga paham ? 
Yaudah.

Baik, jadi begini...

Saya dan seorang teman, bernama Iis, pada tanggal 23 Juli 2014 lalu menyambangi Warung Mie Aceh Bang Wali di Tembalang sana. Jalan Banjarsari Raya, Tembalang, Semarang, tepatnya.
 Kitchen yang berada di bagian depan warung dan dekat dengan bibir jalan raya ini merupakan penggoda yang profesional dalam hal menggugah selera makan orang-orang yang lewat di depannya. Saya yang kala itu datang pada saat bulan puasa, tepatnya jam 5 sore, merasa cukup beruntung karena hanya digoda dalam kurun waktu kurang dari sejam.
"Mie Aceh ini memakai 30 jenis rempah untuk bumbunya, mbak" kata Bang Wali.
Wolha pantes, batin saya. Aroma 30 jenis rempah yang udah di blend jadi satu, yang kemudian ditumis di atas wajan dengan minyak panas itu masuk ke dalam hidung dan kemudian bersama-sama menjajah sensor lapar saya.

Kemudian saya dan teman saya yang daritadi ngobrol dengan Bang Wali dari tempat parkir yang memang dekat dengan kitchen memutuskan masuk ke warung. Belum, kami belum menyerah untuk berbuka puasa lebih awal, percayalah !
  Berikut adalah daftar menu beserta harga di Mie Aceh Bang Wali Semarang. Selain Mie Aceh, Bang Wali juga menyediakan Nasi Goreng Aceh.
Jrengggg....
Mie Aceh pesanan saya sudah datang...
Saya memesan Mie Aceh Rebus Spesial Cumi. Karena ketika Mie Aceh saya datang belum terdengar adzan magrib maka saya putuskan untuk menganalisa Mie Aceh Rebus Spesial Cumi di depan saya ini.

Cailah menganalisa...

Mie Aceh Rebus Spesial Cumi ini porsinya pantes buat orang berbuka puasa yang sebelumnya habis lari muterin Semarang 5x. Gwedem, gitu kata orang sini untuk menggambarkan yang lebih gede dari kata gede, begitulah. Untuk porsi sebesar itu, harga 15 ribu nampaknya masuk akal. Belum lagi irisan cumi yang dapat dikatakan banyak dan cukup tebal.
Acar bawang merah dan emping dijadikan pelengkap Mie Aceh Bang Wali. Sebenarnya saya sedikit menebak-nebak kenapa tampilan Mie Aceh ini sangat merah. Hmm, okay.. saya belum pernah makan Mie Aceh Rebus, seringnya sih goreng.
Jreeeenggg, lagi.
Ini Mie Aceh Goreng Spesial Udang Pesanan teman saya. Porsinya sama banyaknya dengan porsi saya. Udangnya juga ngga becandaan lah ngasihnya. Tampilanya sama, minus kuah aja sih.
 
Duh, maaf kalau fotonya ngeblur. Foto ini diambil waktu adzan magrib udah mulai kedengeran, udah mulai ngga fokus. Ini minuman yang saya pesan di Mie Aceh Bang Wali ; Teh Telur. 
Menu minuman yang belum sempat saya foto sih hampir sama dengan menu di tempat makan umumnya, yang berbeda ada es timun suri, teh tarik, teh telur, kopi telur, kopi tarik, kopi terbalik dan es sirup.

HAH ? ES SIROP ? APANYA YANG BERBEDA ?

Beda dong, pertama ditulis es sirup dan penulisan kedua ditulis es sirop, huruf kapital pun. hehe. he.

Yang bikin es sirup ini berbeda adalah sirup yang digunakan merupakan sirup ekspatriat.
Halah.
Ma.. maksut saya, sirup yang digunakan merupakan sirup yang diboyong Bang Wali dari Medan sana, yang deket Aceh.

Yak dan adzan magrib pun tiba, happy tummy everebadeh..




Heits... Bentar, belum kelar.

Di awal tadi sudah saya bahas mengenai tampilan Mie Aceh dan teh telur yang belum saya tau rasanya, sekarang saya sudah bisa bercerita tentang cita rasa dari beberapa menu yang saya pesan tadi.
Terkuaklah sudah akhirnya misteri merah merona kuah Mie Aceh rebus saya.

Belum di sepik, udah malu. HIH !
Awalnya saya mikir gitu, tapi saya sadar kalau ini Mie Aceh dan bukan wajah orang. Mie Aceh memiliki karakteristik yang hampir sama dengan rendang padang dari sisi rempahnya. Warna merah pada kuah Mie Aceh saya ternyata merupakan warna merah dari cabe kering yang digiling bersama tomat dan bumbu rempah yang lain. Soal rasa, dari segi kuah agak mirip dengan tom yum yang dicampur rendang. Asem pedes seger gitu. Enaklah pokoknya. Seger. Makan gini paling enak sekitar jam 3 atau jam 4 sorean, segernya macem habis joging deh. Mie nya sendiri kenyal, dan di tiap Mie Aceh yang disajikan, entah itu biasa, spesial cumi, spesial udang atau komplit selalu ada irisan daging cincang di dalamnya.
Untuk acar bawang merahnya... EWH BANGET ! Sangat diluar dugaan.
Awalnya saya agak sedikit ragu, takut bau dan sebagainya, tapi ternyata rasanya manis asem dan jauh dari kata bau. Enak bangs !
Entah udang ataupun cumi yang ada di piring saya dan teman saya ini matangnya pun pas, tidak overcook, tapi juga tidak alot. Amanlah buat yang berbehel. Tipikal cumi dan udang seger gitu.

Untuk teh telur, awalnya saya serem, takut amis dan semacamnya. Saya menghabiskan beberapa menit untuk sekedar mengaduk minuman di depan saya itu. Kemudian saya beranikan diri meminum 1 sendok teh teh telur dari sendok yang saya gunakan untuk mengaduk tadi. Sengaja saya biarkan tanpa campuran jeruk, biar ketauan rasa aslinya.
AND....
SAVE !
Enak dan jauh dari kata amis. Saya sampai bingung dan setengah ngga percaya kalau ini adalah teh telur. Rasanya mirip milk tea. Manis sepet gitu. Setelah beberapa tegukan, saya campurkan perasan jeruk nipis di teh telur saya. Enak, jadi manis sepet asem gitu rasanya. Hanya saja sensasi rasa milk teanya ilang. Saya pribadi lebih suka tanpa jeruk sebenarnya, pun kalau kalian mau coba pakai jeruk lebih baik teteskan pelan-pelan, aduk kemudian icip. Takar sendiri perlahan-lahan. Kalau keaseman nanti malah mengecewakan, terutama bagi yang kurang seneng asem.

Jadi gitu perjalanan saya ngulik Mie Acehnya Bang Wali di Tembalang, Semarang.
Selamat Mencoba dan maaf baru sempat posting perjalanan bulan Juli di bulan September ini.
Happy tummy dan tetap lestarikan masakan daerah. Tabik !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar