Selasa, 16 Desember 2014

secuil surga di sudut mataram

sabtu malam di kawasan mataram, semarang.
gerimis-gerimis, bingung mau makan apa. laper tapi kenyang. pengen ngemil mungkin tepatnya.
kemudian melintaslah saya dan kakak-kakak saya di sebuah pelataran toko di jalan mataram


kira-kira pukul 19.00 lebih beberapa menit, tepatnya sih saya lupa. sebuah warung tenda yang sudah sejak lama ingin saya kunjungi hanya saja seringkali terlewat, belum sempat.


ya, warung gemblong bakar. gemblong adalah jajanan pasar yang berbahan utama beras ketan. memiliki nama lain yaitu jadah atau uli. namun di warung ini gemblong disajikan dengan berbagai macam topping, pun juga menyajikan menu lain selain gemblong.

dengan menu yang sedemikian banyaknya saya dan kakak-kakak pun bingung karena pada dasarnya kita ingin memesan sesuatu yang pada akhirnya dapat menjadi sebuah bahan untuk tulisan saya di blog. hahaha. akhirnya kita bersepakat memesan 6 buah menu ; 3 menu makanan dan 3 lagi menu minuman.


ini adalah roti bakar keju di warung gemblong bakar aneka rasa. tidak terlalu berbeda dengan umumnya. bahan-bahan yang digunakan sendiri adalah roti, mentega dan keju cheddar.


berkut ini adalah roti bakar serundeng.sepintas, serundeng terlihat memiliki persamaan dengan abon, beberapa bahkan tidak dapat membedakannya. padahal dari segi bahannya saja sudah berbeda, abon umumnya menitik beratkan bahan utama pada daging, entah sapi, ayam atau daging lainnya. serundeng bahan utamanya adalah kelapa dan daging merupakan optional saja. gemblong bakar serundeng ini rasanya sedap, baik dari segi gemblongnya ataupun dari segi serundengnya sendiri. gemblongnya di masak dengan cara di bakar, aroma daun pisang sebagai alas dari gemblong bakar pun menyeruak menambah kelezatan gemblong bakar serundeng ini sendiri. dari sisi serundengnya, rasanya manis seperti rasa gula jawa pada umumnya yang dipadukan dengan kelapa sebagai bahan utama dan bawang merah, bawang putih serta kencur sebagai bumbu penyedap tambahanya.


yang ini merupakan hasil variasi dari bu lily ; wedang gemblong bakar.  gemblong terlebih dulu dibakar, sama halnya dengan gemblong bakar serundeng tadi hanya saja gemblong dibarkan plain tanpa topping apapun, kemudian dimasukan pada kuah yang terbuat dari air wedang kacang hijau yang dicampur dengan sedikit susu cair.

lalu ini adalah pilihan menu minuman yang kami pesan. yang paling kiri adalah wedang kunir asem, kemudian yang tengah ada es beras kencur, lalu yang terakhir dan yang paling bening adalah es alang-alang.
wedang kunir asem disini tidak disajikan dari kemasan instan. bu lily meracik sendiri ramuan kunir asemnya.
es beras kencur disini juga tidak tersaji dari kemasan instan, bu lily membuat sendiri dari beras yang disangrai, kencur dan sedikit sereh yang menjadikan es beras kencur ini hangat dan sarat akan rempah lain yang tidak disebutkan oleh ibu lily.
yang terakhir adalah es alang-alang.





ini adalah alang-alang kering yang digunakan untuk membuat es alang-alang. kemudian selesai proses pengambilan air sari alang-alang, ditambahkan manisan buah bligo dan gula batu untuk teman menyajikan es alang-alang. alang-alang sendiri bermanfaat bagi mereka yang menderita panas dalam, sedangkan buah bligo yang dijadikan manisan sangat bagus bagi mereka yang memiliki gangguan ginjal, hipertensi dan beri-beri.


lengkaplah sudah cemilan berkarbohidrat pengganti nasi dan minuman herbal nan menyehatkan. harganya cukup bersahabat. seporsi roti bakar keju dihargai 9.000, gemblong serundeng 5.000, wedang kunir asem, es alang-alang dan es beras kencur masing-masingnya adalah 5.000, lalu wedang gemblong dihargai 6.500.

jika ingin berkunjung, silahkan datang di pelataran Yamaha Mataram Sakti Jl MT. Haryono nomer 439. warung gemblong bakar aneka rasa ini buka sejak pukul 19.00 sampai dengan pukul 24.00, atau untuk pemesanan bisa menghubungi 081 577 484 29 atau 081 54234 8882.

selamat mencoba!

Sabtu, 13 Desember 2014

Mak Tompo, Sebuah Mutiara Tersembunyi.

warung makan mak tompo adalah sebuah mutiara tersembunyi dalam dunia perkulineran semarang. sebenarnya warung makan ini tidak terlalu awam bagi para pecinta kuliner di semarang, namun bagaimanapun juga letaknya memang tersembunyi, di jalan brumbungan loyola nomer 4 semarang.

warung ini terletak di dekat SMA Loyola Semarang, cari saja sebuah gang dengan patung yang membelakangi jalan dan terdapat warung makan tegal (warteg) di dekatnya, masuk saja di gang tersebut. warung mak tompo terdapat di sisi kiri jalan, kecil namun terdapat spanduk berukuran cukup besar yang pasti dapat terbaca bagi siapa saja yang lewat di depannya. hanya saja, yang menggunakan mobil memang harus memarkirkan kendaraanya di pinggir jalan dekat patung di depan gang tadi, gang brumbungan loyola ini tidak dapat untuk berpapasan mobil.

  

warung makan mak tompo sekarang ini sudah dikelola oleh generasi keduanya, berdirinya sendiri sudah sejak tahun 1976 lalu.
adapun beberapa menu yang ditawarkan dantaranya adalah sebagai berikut :
berdasarkan penuturan menantu mak tompo yang kini menjabat sebagai pengelola warung mak tompo, ada beberapa menu andalan dari warung makan mak tompo ini sendiri yaitu udang sambel, cumi tinta, kepiting lemburi dan pepes udang.
pada akhirnya saya dan teman saya memilih pepes udang dan cumi tinta sebagai hidangan kami.

pepes udang bukan sembarang pepes udang, pepes udang disini menggunakan udang yang cukup besar dan bungkusan daun pisangnya jadi penuh dengan udang, bukan seperti pepes udang abal-abal. cumi tintanya pun dari segi ukuran lumayan besar.

ini adalah pepes udang yang saya pesan, "merah"nya hampir mirip dengan sambal udang, yang membedakan hanya kuantitas udangnya yang lebih sedikit dari sambal udang. jika kurang suka dengan rasa pedas namun penasaran dengan kenikmatan pepes udang, ada baiknya memesan sambal udang saja karena bisa meminta cabai yang lebih sedikit untuk hidanganya. dari segi rasa, pepes udang ini didominasi oleh rasa cabai yang membuat penikmatnya bercucur keringat, namun tetap saja pepes udang ini tidak meninggalkan unsur-unsur pepes lainnya seperti bawang merah, bawang putih, kemiri dan tomat. harga pepes udang ini adalh 6.000 perporsinya. cukup adil untuk kualitas rasa yang ditawarkan.


perpaduan cumi petelur segar yang sengaja tidak dipotong agar tercipta kaldu yang terbuat dari tintanya dengan bawang putih, merica, jahe, asem sukses membawa saya merasa sedang makan di rumah sendiri. cumi tinta ini memanglah resep masakan yang sudah menjadi rahasia umum tentang kenikmatanya, hampir setiap orang mengetahui cara masak sederhana demikan. hanya saja, warung mak tompo ini menyajikan cumi tinta dengan takaran bumbu yang pas dan mengolahnya dengan baik sehingga tingkat kematanganya bagus dan tidak amis, belum lagi cumi yang digunakan adalah cumi petelur. seporsi cumi tinta ini dihargai 30.000 perporsinya, sama halnya dengan sambal udang, tapi saya dan teman saya hanya memesan separuh porsi yang sudah cukup banyak ini dengan harga 15.000.


ini merupakan beberapa jajanan yang disajikan di warung makan mak tompo. adalah tahu susur (tahu isi sayur), lunpia rebung, pisang goreng dan pisang limpang limpung. dari sekian, pisang limpang limpung cukup menggelitik rasa ingin tahu saya. bentuknya bulat dan permukaanya sedikt gosong, kurang terlihat cantik memang, tapi entah mengapa saya justru tertarik karena menurut saya pisang yang digoreng sampai gosong seperti ini pasti mengalami proses karamelisasi dari pisangnya sendiri yang pastilah manis rasanya. benar saja, pisang raja matang yang dipotong-potong dicampur dengan tepung dan beberapa bumbu tipis ala pisang goreng umumnya terasa sangat lezat akibat proses karamelisasi pisang raja matang yang digoreng ini.

warung mak tompo sendiri buka setiap hari sejak jam 8 pagi hingga jam 4 sore. anda juga dapat melakukan pemesanan untuk jumlah banyak pada nomer telpon 024-3558141. namun sayangnya warung ini tidak melayani pesan antar, jadi jika anda memesan seberapapun banyaknya haruslah mengambil sendiri ke jalan brumbungan loyola nomer 4 semarang.

Jumat, 31 Oktober 2014

short trip salatiga

aaaak kangeeennnn... kangen kangen kangggggeeeeeeeennnn banget sama blog ini !
saya baru saja mengalami beberapa waktu yang cukup berat di hidup saya, sekitar semingguan ini.
dari yang mulai sahabat terdekat yang sudaah saya anggap kakak saya sendiri meninggal dunia secara mendadak karena kecelakaan, kemudian file-file foto hasil liputan amatiran yang entah kepencet apa jadi ilang semua..
TAPI SEKARANG UDAH BALIK LAGI FOTO-FOTONYA LHO !
jadi mari mulai nyampah di blog lagi...

ini tentang perjalanan saya ke ufuk selatan kota semarang. SALATIGA.

awalnya, pada suatu malam teman saya bercerita tentang kegalauan dia terhadap mantan kekasihnya, saya seperti biasa membaca dengan baik setiap tulisan yang ia kirimkan, selanjutnya, bisa ketebak, saya memberi beberapa petuah layaknya veteran yang ngajarin cucunya berperang. tapi kali ini ada yang berbeda. menyadari kesuntukan teman saya terhadap kehidupan asmaranya, saya mengajaknya untuk berwisata kuliner.

banyak orang setuju bahwa tidur, makan makanan enak (apalagi gratisan), ngegame, olahraga dan menertawakan sesuatu dengan teman akan mereduksi patah hati. tidak benar-benar menyembuhkan, memang, hanya saja dengan mencari "kebahagiaan sesaat" itu setidaknya dapat membuat kita bersemangat kembali.... walaupun nanti mungkin ambruk lagi kalau euphorianya hilang :p

awalnya surakarta, tapi terlalu jauh untuk sebuah rencana yang spontan dan tanggal yang sudah mulai beruban. berbekal uang 100ribu dan ketulusan hati untuk saling menghibur diri akhirnya saya dan iis, teman saya, berangkat menuju salatiga.

atas rekomendasi teman, mba meiliana, salah satu pakar dan penulis kuliner indonesia timur yang juga finalis master chef, saya mengerucutkan tujuan kuliner ke 3 menu : es, nasi dan ronde.

terpilihlah es kesambi sebagai persinggahan pertama kami di siang yang cukup gerah itu. kesambi merupakan nama jalan yang merupakan lokasi dan alamat dari warung es itu sendiri, tepatnya jalan kesambi nomer 4 atau mudahnya, masuk gang di seberang pasar salatiga.

es kesambi yang sudah berdiri sejak kakek-nenek kita masih ABG ini memiliki 80an pilihan menu es dan beberapa menu kudapan beratnya. es campur dan tahu acar konon adalah yang tersohor dari es kesambi ini.


es kesambi dan es campur kesambi memiliki kemiripan yang cukup kental, hanya saja pada es campur kesambi ini menggunakan berbagai manisan buah-buahan seperti mangga muda, kedondong, nanas dan belimbing. sedangkan pada es kesambi tidak menggunakan manisan buah-buahan tersebut, namun menggunakan manisan leci dan beberapa puding yang lebih banyak dari es campur kesambi.

nah yang saya pesan ini namanya es kesambi, bukan es campur kesambi. isian nya adalah cendol, roti tawar, beberapa variasi puding, nanas, melon, kolang kaling, kelapa muda, leci, susu, biji selasih, meses dan simple syrup. rasanya sendiri luar biasa segarnya. kualitas dari isian es sendiri sangat prima sehingga saya tidak takut sakit tenggorokan karena air es yang asal-asalan atau pemanis buatan. harga perporsinya sendiri adalah 12ribu rupiah.

setelah menyegarkan diri dengan es kesambi, saya dan teman saya mencari asupan karbohidrat untuk oleh-oleh cacing di perut saya.


nasi tumpang koyor, khas salatiga. kali ini nasi tumpang koyor yang saya pilih adalah yang berada di dekat lapangan pancasila. tumpang koyor adalah makanan khas salatiga yang termasuk kategori makanan agak ekstrim berdasarkan bahan pembuatnya. wah kalau masalah kandungan gizi, saya belum paham. tumpang koyor ini selain berbahan koyor sapi, juga berbahan dasar tempe semangit dan tempe bosok. tempe semangit dan tempe bosok adalah tempe yang telah difermentasikan selama beberapa waktu. bumbu lainnya hampir menyerupai bumbu sambel goreng atau mangut. koyor yang notabene adalah otot sapi ini sangat empuk sekali. sungguh menepis rasa skeptis saya terhadap tampilanya yang agak ngeri, rasanya luarrrrrrr biasa lezatnya. tumis kacang yang nampaknya dicampur sedikit bunga kecombrang ini menambah kemantapan rasa nasi koyor saya ini. piring saya jadi sedepppp banget baunya. harganya pun murah, 6ribu rupiah perporsinya.

setelah kenyang, saya dan teman saya menikmati sore yang cukup riuh di lapangan pancasila salatiga. setelah menjalankan ibadah, saya dan teman saya pun melanjutkan perjalanan menuju tempat tujuan wisata kuliner terakhir kami di salatiga.


yap! dari menunya sendiri sudah ketauan.. wedang ronde! ronde yang saya pilih kali ini adalah ronde mak pari salatiga. lokasinya agak nyempil di jalan merapi, salatiga. dari lapangan pancasila ke arah barat, beberapa meter saja sampai menemukan pom bensin di kiri jalan. tepat di samping pom bensin ada gang, masuk, lurus terus atau mulailah bertanya penduduk sekitar untuk lebih mudahnya.

keunggulan dari ronde mak pari ini adalah variasi rasa yang ditawarkan dan cemilan seabrek yang disajikan di setiap meja pelanggan.


ini yang tersaji di meja saya, tidak semua meja berisikan sama, ada bahkan yang berisi arem-arem, nogosari, gorengan dan lain sebagainya. meja saya berisikan sate usus, sate telur puyuh, jadah, telur puyuh rebus, kamir.


ronde coklat adalah ronde pilihan teman saya. isianya hampir sama dengan ronde pada umumnya. kolang kaling, ronde, kacang sangrai, dan puding yang dipotong dadu. yang mebedakan adalah kuah dari ronde ini sendiri yang ditambahkan coklat. ronde pada umumnya hanya menggunakan wedang jahe dan beberapa menambahkan simple syrup yang terbuat dari larutan gula yang diberi pandan, di sektaran banyumas sana berbeda lagi, cilacap menggunakan susu sebagai tambahan kuahnya.


ini adalah ronde pilihan saya, ronde komplit. sekomplit namanya, isianya pun sangat beragam. ada ronde, onde-onde, kolang kaling, agar-agar, kacang sangrai, kacang ijo, rumput laut. KENYANG BANGET NGGA TUH ? :) 

kuah dari ronde komplit ini selain menggunakan wedang jahe, juga menggunakan susu coklat. wedang jahenya sendiri selain didominas jahe juga tersembunyi rasa sereh yang hangat. dari segi rasa, rondenya sangat cantik. pulen seperti kue moci, karamelisasi gula dan kacang sebagai isi dari ronde sendiri pun tidak berlebihan jadi ringan di mulut. onde-ondenya dapat dikatakan memiliki tekstur dan rasa serupa dengan rondenya, hanya saja ditaburi wijen pada permukaanya. di luar kuah dan rondenya sendiri rasanya hampir sama karena memang mengalami proses masak yang sama seperti umumnya.

seperti biasa, uang saya selalu sisa setiap kali mengadakan perjalan wisata kuliner. kali ini total pengeluaran saya untuk memanjakan perut dan mood tak lebih dari 30ribu untuk 3 menu yang mengenyangkan ini.

perut kenyang, hatipun senang ! =))

Rabu, 15 Oktober 2014

Liburan Colongan di Jepara

Beberapa waktu lalu saya pergi ke Jepara untuk mengantarkan kakak saya yang sedang ada dinas kunjungan kantor ke cabangnya yang ada di Jepara. Dasarnya doyan liburan dan memang sedang tidak ada kerjaan maka saya mengiyakan.
Kami menempuh waktu selama hampir 3jam perjalanan dari Semarang menuju Jepara.
Terjadi kemacetan ala-ala lebaran di sekitaran Demak.
Luar biasa pantura ! Berasa lagi shooting transformer deh, truk segede gaban dimana-mana !

Kunjungan pertama kita waktu itu adalah sebuah warung makan di kiri jalan, setelah pom bensin, di depan DHL Jalan Wahid Hasyim, Jepara. Warung makan tanpa nama yang kecil agak menjorok ke dalam dan terlihat nyempil itu amat sangat ramai pengunjung meskipun terlihat seperti rumah biasa.

Adalah Sop Udang, menu yang ditawarkan dan sepertinya memang sedang ngehits di Jepara. Sepanjang perjalanan tadi entah berapa kali saya menjumpai tempat makan yang menawarkan sop udang sebagai menunya.


Udang, irisan tahu goreng, tauge, seledri, daun bawang dan bihun merupakan isian dari sop udang itu sendiri. Kuah yang tersedia di panci namun belum sempat saya foto isianya berupa air kaldu, tomat, wortel dan kubis.


Dari segi kuah sendiri, sebelum saya mencoba apa yang ada di piring saya sepintas yang saya pikirkan tentang kuah sop udang adalah kemiripannya dengan kuah soto semarangan dan ketika saya coba, benar saja, rasanya segar menyerupai soto semarangan yang memang bening seperti kuah kaldu sop pada umumnya.


Warung sop udang yang meskipun tanpa nama namun sudah tersohor seantero jagat perkulineran jepara ini menyediakan berbagai lauk untuk teman makan sop udang. Tempe goreng crispy, tahu goreng, perkedel kentang dan berbagai olahan gorengan lainnya. Dari sekian, yang paling menarik perhatian saya adalah sate keong ini. Saya bersepakat dengan diri sendiri untuk tidak mencampurkan sate keong dengan sop udang aya, menurut saya agak aneh mungkin mencampur keduanya, lagian saya takut tidak dapat menikmati detail sate keong karena terganggu oleh rasa kaldu dari sop udang dan sebagainya.

Keong yang disajikan ukuranya dapat dibilang besar, beberapa irisan cabai merah dapat kita jumpai di berbagai tempat di sela-sela tusukan sate keong tersebut. Kuahnya kecoklatan, seperti kuah semur. 

Setelah dimakan, luar biasa lezatnya ! Tekstur sate keong ini sungguh sangat cantik sekali ! sejauh ini, sate keong ini merupakan sate keong terbaik yang pernah saya nikmati. Teksturnya empuk, perpaduan rasa manis dan pedasnya asik dan tidak terlalu menyengat, keongnya sendiri pun dalam proses pencucianya dapat dipastikan bersih karena benar-benar tidak saya jumpai rasa pahit pada keongnya.
Dari keseluruhan, saya paling suka sate keongnya. Benar-benar sate keong terbaik yang pernah saya nikmati.

Kemudian saya dan kakak saya melanjutkan perjalanan, nyore di pantai. Pantai yang kami pilih kali ini adalah pantai teluk awur. Lebih tepatnya adalah Ocean View Cottage di Pantai Teluk Awur.

Pekarangan Ocean View sendiri berada di bibir pantai teluk awur jepara, jadi berasa punya private beach gitu kalau lagi d Ocean View. Belum lagi detail Ocean View yang sangat "summer" sekali.


Yaah begitulah kira-kira ke-summer-an Ocean View Jepara. Cottage menghadap ke pantai teluk awur dan membentuk seperti huruf U dengan kolam renang di tengahnya. Di pinggiran kolam renang terdapat beberapa meja dan kursi untuk makan dan yang terdekat dengan kolam renang ada beberapa bed untuk sun bathing. Pada bagian terluar Ocean View yang terdekat dengan bibir pantai sendiri terdapat gazebo-gazebo nan romantis beralaskan pasir pantai, ada pun ayunan beralaskan pasir putih pantai teluk awur. Sangat cocok untuk membaca buku sampai tertidur.


Berikut adalah menu yang saya pesan dari Ocean View. Lemon squash dan jus semangka. luar biasa segarnya di tengah ke-summer-an Ocean View dan memang udara sedang summer-summernya.

Liburan saya menyenangkan. Meskipun harus mencuri waktu di sela-sela jam dinas kakak saya. Well, Jepara.. Urusan kita belum selesai ! Saya. Pasti. Kembali !

Selasa, 14 Oktober 2014

Ketan Susu Dan Susu Rempah Ungaran


Malam hari, suntuk, laper, pengen cari angin dan pengen cari sesuatu yang beda.
Itulah awal mula kenekatan saya sampai ke Ketan Susu dan Susu Rempah di alun-alun mini ungaran.
Saya yang awalnya hanya ingin iseng motor-motoran keliling dengan rute random sampailah juga di ungaran. Tenang, tenang... Saya biasa kok menempuh rute random untuk menemui sesuatu yang random kalau sedang suntuk dengan rutinitas yang itu-itu melulu.


Namanya Ketan Susu dan Susu Rempah. Letaknya tepat di seberang gedung arsip ungaran. Kawasan alun-alun mini ungaran.
Menarik. Di Semarang sendiri setau saya belum ada penjual yang menjajakan olahan ketan susu. Umumnya, ketan kinca ( gula jawa yang dicairkan ), ketan bubuk, ketan dengan parutan kelapa atau ketan yang difermentasi menjadi tape ketan.
Berikut adalah menu yang ditawarkan oleh lapak ketan susu dan susu rempah tersebut. Harganya sangat masuk akal buat saya yang niatnya cuma mau nyari angin doang muter-muter kota semarang tapi malah nyangkut sampe alun-alun mini kota ungaran.

Saya memilih menu yang original, ketan susu dan susu rempah. Menurut saya, kenikmatan rasa asli atau originalitas suatu makanan itu merupakan dasar dari nikmat atau tidaknya makanan tersebut, perkara nanti mau di modifikasi itu sih belakangan.

ini adalah ketan susu yang saya pesan. Ketan nya pulen dan wangi sedep, susunya masih panas. nampaknya susunya merupakan susu sapi yang baru saja dipanaskan. Rasanya nikmat. Saya baru tau kalau ketan dapat dinikmati dengan susu. Mungkin akan lebih menarik bila ditambahkan dengan durian. Ah, tapi bakal beda lagi namanya...

Yang ini namanya susu rempah. Susunya sendiri merupakan susu sapi yang masih panas baru saja diangkat dari panci rebusan. Ditambahkan dengan beberapa rempah seperti jahe, sereh, dan entah apalagi yang membuat susu ini jadi berasa semakin anget di perut. Sangat cocok untuk yang sedang masuk angin. Angeeeeeet banget.

Dan begitulah perjalanan random saya malam itu, dengan uang kurang dari sepuluh ribu rupiah bisa pulang dengan kenyang dan dalam keadaan hangat.

Selamat mencoba dan jangan takut mencoba menu baru ! :D

Kamis, 18 September 2014

The Diengs

Selamat malam..

Ya, biasakanlah membaca ucapan selamat malam pada blog saya ini, atau mungkin bagi mereka yang tidak bisa tidur karena belum mendapatkan ucapan selamat malam, sangat dianjurkan untuk membaca blog saya, blog yang sangat cocok untuk kaum-kaum berkebangsaan jomblo, bukan ?
Sebab saya memang gemar menulis pada malam hari, bukan hanya menulis sebenarnya, saya gemar melakukan banyak hal di malam hari. Dalam keadaan Alpha justru otak saya asik diajak bekerja sama. Entahlah.

15 Agustus 2014 lalu, saya dan beberapa teman saya bersepakat mengunjungi dataran tinggi dieng, jawa tengah. Mengandalkan kebaikhatian mas jaduk dalam hal perakomodasian, kita berangkat menggunakan mobil yang disetir langsung oleh empunya, mas jaduk.
Kira-kira jam 5 pagi mas jaduk berangkat dari ungaran, menjemput tembil di krapyak. Setelah itu, mereka menuju ke rumah lia di tanah mas. Kemudian mereka menuju rumah saya di pedurungan menjemput saya dan ipank. Terakhir kami menuju ungaran lagi, menjemput mbak afi. Betapa mulianya mas jaduk. Thanks, bro. You're the real MVP !

Setelah menempuh beberapa waktu perjalanan, sampailah kita di kawasan dataran tinggi dieng. Sesampainya disana hal yang pertama kali kita lakukan adalah mencari penginapan terdekat dengan kota. Ada banyak pertimbangan mengapa kita tidak memutuskan untuk camping di sekitaran sikunir. 

Wisma Flamboyan.Tidak jauh dari indomaret dieng. Tidak terlalu sulit mencari warung. Signal pun masih dapat masuk ke handphone kita. Harga permalamnya 300-350ribu. Free wifi, kamar mandi dalam. Tersedia air hangat. Ada dapur dan bebas menggunakan serta menikmati yang ada di dapur. Kamarnya luas, muat sampai 8 atau bahkan ada yang 10 orang.
Kebetulan kita datang hari jumat, sembari menunggu teman-teman lelaki menunaikan solat, saya dan 2 teman wanita lainnya melaksanakan ibadah wajib kami...
....SELFIE...

Sekembalinya para teman-teman lelaki dari solat jumat, kita istirahat sejenak. Sore nanti kita berencana mengelilingi beberapa tempat di kawasan dieng ini sampai malam. Sembari napak tilas mencari jalan menuju sikunir.

Tempat pertama yang kita singgahi sore itu adalah kompleks candi arjuna. Candi Arjuna ini cukup bersih tamannya. Masuk ke pelatarannya pun gratis.Heran, masuk ke objek wisata tanpa biaya begini kok ya bisa-bisanya bersih dan terawat banget objek wisatanya. Entah ini warganya yang hebat atau pemerintahnya yang hebat dalam hal konservasi.
Di sekitaran candi sana banyak yang menjajakan kentang dieng dan minuman khas dieng. Jajanan-jajanan lainnya pun masih banyak. Tamanya rame anak-anak bermain lengkap dengan udara sejuk khas sorenya pegunungan. 
Setelah lelah berkeliling dan berfoto dari berbagai sisi di kompleks pelataran candi arjuna akhirnya kita melanjutkan perjalanan menuju telaga warna. Jalan menuju telaga warna ini searah dengan jalan menuju puncak sikunir kita dini hari nanti. Telaga warna cukup sepi saat kami kunjungi, karena memang kami berkunjung sekitar jam 5 sore padahal setengah 6 sore telaga warna harus sudah ditutup. Berbeda dengan candi arjuna tadi, telaga warna terlihat lebih singup. Agak menyeramkan dikunjungi pada jam dan hari yang kurang tepat. Masalah keindahan sendiri, telaga warna sangat cantik. Warnanya begitu mempesona. Saya bahkan bisa berkaca di dasar airnya. Beberapa batang pohon dibiarkan tergeletak kokoh dibibir telaga yang menjorok ke tengah. Hal tersebut memberi kesempatan bagi pengunjung yang ingin berfoto disana biar keliatan lebih artistik, gitu.
Akhirnya kita memutuskan untuk pulang, setelah diteriakin bapak penjual tiket karena sudah waktunya tutup. Hehehe.
Dan karena memang kita belum cukup lelah buat rebahan di kasur dingin lagi, maka kita memutuskan untuk napak tilas separuh jalan menuju sikunir. Sekedar pengen tau aja. Jam setengah 6 sore kabut sudah luar biasa tebalnya, dinginya jangan ditanya. Lalu kita memutuskan untuk berputar arah, mencari warung makan dan indomaret terdekat dengan penginapan.

Lagi enak-enak makan, pemadaman bergilir.
Blarrrr !

Pemadaman listrik bergilir waktu itu cukup lama. Sedari megrib sampai sekitar pukul 11 malam. Untungnya, wisma flamboyan memiliki jetset... lah itu kan merek jajanan. Ya, gitulah.

Kita semua memutuskan beristirahat lagi sampai jam 2 dini hari. Karena jam 2 dini hari kita akan bersiap-siap untuk menuju puncak sikunir. Ya makan pop mie, ya minum wedang untuk menghangatkan badan. Adapula yang mengoleskan minyak angin dan minum tolak angin saking dinginya.

Perjalanan menuju puncak memang tidak mudah, apalagi harus menjelajah dieng pada jam 3 pagi. Luar biasa dinginnya. Bahkan di tengah perjalanan kita menjumpai beberapa pemudi yang nampaknya dari Jakarta memakai bedcover sebagai ganti jaket. Yasalam...

Karena satu dan lain hal, yang berhasil mencapai puncak hanya 2 orang teman saya. Saya dan ke empat teman saya hanya sampai pada tepat dibawah puncak sikunir. Hanya sekitar 50meter. Atau kurang malahan.

Pemandangan dari tempat kami tidak kalah menariknya dari puncak sikunir sendiri. Kami bahkan diuntungkan dengan adanya pendaki yang merangkap menjadi penjual popmie dan minuman kemasan yang dihangatkan. Coba, kurang gimana ? Tempatnya sepi pula. Berasa rumah sendiri mau foto-foto juga.
Setelah cukup puas jepret sana sini, kita memutuskan untuk turun, sebelum orang-orang di puncak turun. Kita menghindari kemacetan panjang ala-ala mudik lebaran. Sikunir tidak berhenti pamer pemandangan alam bagi pengunjungnya. Kamera tetap standby ditangan, langkah kaki beberapa kali terhenti, sederhana saja, kami ingin membantu sikunir yang sedang pamer kemegahanya pada manusia.

Sabtu, 16 Agustus 2014 jam 11 siang, kami memutuskan untuk berkemas dan bersiap pulang semarang. Ya tentu saja setelah mampir ke pusat oleh-oleh dan berwisata kuliner dulu. Di desa thieng cukup banyak rumah-rumah penduduk yang memproduksi carica dan mengolah beberapa jenis keripik. Berbagai oleh-oleh banyak ditawarkan disekitaran sini. Tentu saja kita berhenti sejenak, membeli beberapa oleh-oleh sebagai oleh-oleh nyata yang bukan sekedar foto saja.

Kemudian setelah itu, di wonosobo kami mencoba mie ongklok longkrang di jalan ronggolawe yang kebetulan juga kita lewati.

Mie ongklok longkrang ini mudah dijangkau karena memang setiap orang yang baru saja dari dieng dan akan ke semarang pasti melewati jalan ronggolawe ini. Cukup ramai, tapi masih tersisa beberapa meja. Size mie ongklok yang ditawarkan dan jumlah sate sapi sebagai pelengkapnya variatif. Saya memesan yang paling sedikit. Bukan masalah pertimbangan harga juga, tapi memang porsi makan saya yang sedikit, tapi porsi ngemilnya banyak. hehehe
Mie ongklok. Mie dengan kuah nyemek yang manis dengan taburan bawang merah goreng dan sedikit daging cincang. Rasanya nikmat, bikin perut kenyang karena mungkin efek kuah yang dibuat kental jadi mie terasa mudah melar atau entah bagaimana.
Sate sapi. Sate sapi digunakan sebagai pelengkap mie ongklok. Mungkin dulu orangtua mie ongklok dan sate sapi bersahabat dekat sampai akhirnya mie ongklok dan sate sapi dijodokan paksa begini. Ngga masalah sih, enak kok endingnya. Manis sate sapinya tidak terlalu menyengat, dagingnya pun matangnya pas. Enaklah pokoknya. Rasa manisnya beda dengan manis mie ongklok. Jadi tenang, jangan takut eneg, ada obatnya kok...
Tempe kemul dan gebleg. Tempe kemulnya digoreng dengan bumbu mendoan, rasanya pun hampir mirip dengan mendoan. Yang berbeda adalah penggunaan daun bawang yang diganti dengan kucai. Sedangkan geblek sendiri rasanya menyerupai cimol. Rasanya seperti campuran aci dan ketela yang diberi sedikit kucai dan bumbu kemudian digoreng. Beruntungnya, gorengan ini disajikan panas di tiap meja pengunjung mie ongklok longkrang ini. Terpujilah.



Well, begitulah kira-kira perjalanan saya dan teman-teman saya di dieng. Bagi kalian yang jenuh dengan asap perkotaan dan merindukan warna-warna alam, berkunjunglah ke objek wisata alam sekitarmu, dan jangan lupa menyempatkan diri menikmati ragam kuliner khas daerahnya. Tabik !

Minggu, 14 September 2014

Mie Aceh Bang Wali Semarang : Asli Ureung Aceh

"Asli Ureung Aceh". Begitu kira-kira yang tertulis pada papan besar Mie Aceh Bang Wali ini. Maka dapat dipastikan dengan adanya tulisan tersebut, Bang Wali yang namanya tercantum disana, yang merupakan pemilik dan juru masak dari Mie Aceh tersebut adalah orang asli Nanggroe Aceh Darussalam.

Oh, kalian juga paham ? 
Yaudah.

Baik, jadi begini...

Saya dan seorang teman, bernama Iis, pada tanggal 23 Juli 2014 lalu menyambangi Warung Mie Aceh Bang Wali di Tembalang sana. Jalan Banjarsari Raya, Tembalang, Semarang, tepatnya.
 Kitchen yang berada di bagian depan warung dan dekat dengan bibir jalan raya ini merupakan penggoda yang profesional dalam hal menggugah selera makan orang-orang yang lewat di depannya. Saya yang kala itu datang pada saat bulan puasa, tepatnya jam 5 sore, merasa cukup beruntung karena hanya digoda dalam kurun waktu kurang dari sejam.
"Mie Aceh ini memakai 30 jenis rempah untuk bumbunya, mbak" kata Bang Wali.
Wolha pantes, batin saya. Aroma 30 jenis rempah yang udah di blend jadi satu, yang kemudian ditumis di atas wajan dengan minyak panas itu masuk ke dalam hidung dan kemudian bersama-sama menjajah sensor lapar saya.

Kemudian saya dan teman saya yang daritadi ngobrol dengan Bang Wali dari tempat parkir yang memang dekat dengan kitchen memutuskan masuk ke warung. Belum, kami belum menyerah untuk berbuka puasa lebih awal, percayalah !
  Berikut adalah daftar menu beserta harga di Mie Aceh Bang Wali Semarang. Selain Mie Aceh, Bang Wali juga menyediakan Nasi Goreng Aceh.
Jrengggg....
Mie Aceh pesanan saya sudah datang...
Saya memesan Mie Aceh Rebus Spesial Cumi. Karena ketika Mie Aceh saya datang belum terdengar adzan magrib maka saya putuskan untuk menganalisa Mie Aceh Rebus Spesial Cumi di depan saya ini.

Cailah menganalisa...

Mie Aceh Rebus Spesial Cumi ini porsinya pantes buat orang berbuka puasa yang sebelumnya habis lari muterin Semarang 5x. Gwedem, gitu kata orang sini untuk menggambarkan yang lebih gede dari kata gede, begitulah. Untuk porsi sebesar itu, harga 15 ribu nampaknya masuk akal. Belum lagi irisan cumi yang dapat dikatakan banyak dan cukup tebal.
Acar bawang merah dan emping dijadikan pelengkap Mie Aceh Bang Wali. Sebenarnya saya sedikit menebak-nebak kenapa tampilan Mie Aceh ini sangat merah. Hmm, okay.. saya belum pernah makan Mie Aceh Rebus, seringnya sih goreng.
Jreeeenggg, lagi.
Ini Mie Aceh Goreng Spesial Udang Pesanan teman saya. Porsinya sama banyaknya dengan porsi saya. Udangnya juga ngga becandaan lah ngasihnya. Tampilanya sama, minus kuah aja sih.
 
Duh, maaf kalau fotonya ngeblur. Foto ini diambil waktu adzan magrib udah mulai kedengeran, udah mulai ngga fokus. Ini minuman yang saya pesan di Mie Aceh Bang Wali ; Teh Telur. 
Menu minuman yang belum sempat saya foto sih hampir sama dengan menu di tempat makan umumnya, yang berbeda ada es timun suri, teh tarik, teh telur, kopi telur, kopi tarik, kopi terbalik dan es sirup.

HAH ? ES SIROP ? APANYA YANG BERBEDA ?

Beda dong, pertama ditulis es sirup dan penulisan kedua ditulis es sirop, huruf kapital pun. hehe. he.

Yang bikin es sirup ini berbeda adalah sirup yang digunakan merupakan sirup ekspatriat.
Halah.
Ma.. maksut saya, sirup yang digunakan merupakan sirup yang diboyong Bang Wali dari Medan sana, yang deket Aceh.

Yak dan adzan magrib pun tiba, happy tummy everebadeh..




Heits... Bentar, belum kelar.

Di awal tadi sudah saya bahas mengenai tampilan Mie Aceh dan teh telur yang belum saya tau rasanya, sekarang saya sudah bisa bercerita tentang cita rasa dari beberapa menu yang saya pesan tadi.
Terkuaklah sudah akhirnya misteri merah merona kuah Mie Aceh rebus saya.

Belum di sepik, udah malu. HIH !
Awalnya saya mikir gitu, tapi saya sadar kalau ini Mie Aceh dan bukan wajah orang. Mie Aceh memiliki karakteristik yang hampir sama dengan rendang padang dari sisi rempahnya. Warna merah pada kuah Mie Aceh saya ternyata merupakan warna merah dari cabe kering yang digiling bersama tomat dan bumbu rempah yang lain. Soal rasa, dari segi kuah agak mirip dengan tom yum yang dicampur rendang. Asem pedes seger gitu. Enaklah pokoknya. Seger. Makan gini paling enak sekitar jam 3 atau jam 4 sorean, segernya macem habis joging deh. Mie nya sendiri kenyal, dan di tiap Mie Aceh yang disajikan, entah itu biasa, spesial cumi, spesial udang atau komplit selalu ada irisan daging cincang di dalamnya.
Untuk acar bawang merahnya... EWH BANGET ! Sangat diluar dugaan.
Awalnya saya agak sedikit ragu, takut bau dan sebagainya, tapi ternyata rasanya manis asem dan jauh dari kata bau. Enak bangs !
Entah udang ataupun cumi yang ada di piring saya dan teman saya ini matangnya pun pas, tidak overcook, tapi juga tidak alot. Amanlah buat yang berbehel. Tipikal cumi dan udang seger gitu.

Untuk teh telur, awalnya saya serem, takut amis dan semacamnya. Saya menghabiskan beberapa menit untuk sekedar mengaduk minuman di depan saya itu. Kemudian saya beranikan diri meminum 1 sendok teh teh telur dari sendok yang saya gunakan untuk mengaduk tadi. Sengaja saya biarkan tanpa campuran jeruk, biar ketauan rasa aslinya.
AND....
SAVE !
Enak dan jauh dari kata amis. Saya sampai bingung dan setengah ngga percaya kalau ini adalah teh telur. Rasanya mirip milk tea. Manis sepet gitu. Setelah beberapa tegukan, saya campurkan perasan jeruk nipis di teh telur saya. Enak, jadi manis sepet asem gitu rasanya. Hanya saja sensasi rasa milk teanya ilang. Saya pribadi lebih suka tanpa jeruk sebenarnya, pun kalau kalian mau coba pakai jeruk lebih baik teteskan pelan-pelan, aduk kemudian icip. Takar sendiri perlahan-lahan. Kalau keaseman nanti malah mengecewakan, terutama bagi yang kurang seneng asem.

Jadi gitu perjalanan saya ngulik Mie Acehnya Bang Wali di Tembalang, Semarang.
Selamat Mencoba dan maaf baru sempat posting perjalanan bulan Juli di bulan September ini.
Happy tummy dan tetap lestarikan masakan daerah. Tabik !